Sering Dibebankan Banyak Tanggung Jawab, Apa Sih Tugas Digital Marketing Sebenarnya?

post-thumb

URUS.MY.ID - Dalam dunia kerja, terutama di sektor digital marketing, kamu mungkin sering mendengar keluhan soal beban kerja yang tidak masuk akal. Banyak perusahaan di Indonesia, terutama yang kecil dan menengah, membebankan tugas-tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab beberapa orang ke satu atau dua Digital Marketer saja. Mulai dari membuat konten, menjalankan strategi pemasaran, hingga menuntut terjadinya penjualan langsung—semua disuruh dikerjakan oleh satu orang. Sudah begitu, gajinya pun tidak seberapa. Yuk, kita bahas lebih dalam, sekaligus mengkritik realita pahit ini.


Daftar Isi:

  1. Tugas Utama Digital Marketing, Bukan Palugada!
  2. Tugas yang Sering Dilimpahkan ke Digital Marketer
  3. Kenapa Perusahaan Melakukan Ini?
  4. Dampak Buruk pada Pasar Tenaga Kerja
  5. Nama Pekerjaan dan Tanggung Jawab yang Seharusnya
  6. Kritik untuk Perusahaan yang Eksploitasi Pekerja

Tugas Utama Digital Marketing, Bukan Palugada!

 

Pada dasarnya, Digital Marketing adalah peran yang berfokus pada strategi pemasaran digital. Berikut ini adalah tugas utama seorang Digital Marketer yang ideal:

  1. Merancang Strategi Pemasaran: Digital Digital Marketer bertugas membuat strategi yang terarah, seperti SEO, SEM, social media marketing, email marketing, hingga affiliate marketing.
  2. Mengelola Kampanye Pemasaran: Mereka bertanggung jawab menjalankan kampanye, menganalisis hasil, dan mengoptimalkan upaya pemasaran untuk mencapai target seperti brand awareness atau peningkatan leads.
  3. Mengukur Performa Digital: Analitik menjadi inti dari peran ini. Seorang Digital Marketer menggunakan data untuk memahami efektivitas kampanye dan memberikan insight tentang apa yang harus diperbaiki.

Namun, realitanya di Indonesia, tugas-tugas ini sering bercampur dengan pekerjaan lain yang tidak relevan secara langsung, seperti membuat desain grafis, memproduksi video, atau bahkan menulis naskah iklan.


Tugas yang Sering Dilimpahkan ke Digital Marketer

 

Berikut adalah beberapa pekerjaan yang sering dibebankan ke Digital Marketer, meski sebenarnya ada peran spesifik untuk masing-masing tugas:

  1. Membuat Konten Visual dan Media
    1. Tugas ini harusnya milik:
      • Photographer/Videographer: Mengambil foto atau video sesuai kebutuhan.
      • Animator/Illustrator: Membuat animasi atau ilustrasi untuk kebutuhan branding.
      • Video Editor: Mengedit video agar layak tayang.
      • Yang marak terjadi: Banyak perusahaan meminta Digital Marketer membuat semua konten ini tanpa menyediakan alat atau tim yang memadai.
  2. Menulis Copy atau Naskah Kreatif
    • Tugas ini harusnya milik:

      • Copywriter: Membuat teks persuasif untuk iklan, media sosial, atau landing page.

    • Yang marak terjadi: Digital Marketer bukan ahli copywriting, tapi sering diminta melakukannya. Akibatnya, pesan iklan tidak maksimal.
  3. Mengelola Media Sosial
    • Tugas ini harusnya milik:

      • Social Media Manager: Bertanggung jawab atas strategi konten di media sosial.

    • Yang marak terjadi: Peran Social Media Manager sering dilimpahkan ke Digital Marketer, seolah pekerjaan ini bagian dari pemasaran saja, padahal butuh pendekatan komunitas yang berbeda.
  4. Menuntut Konversi Penjualan
    • Tugas ini harusnya milik:

      • Sales Team: Fokus pada proses closing atau penjualan langsung ke pelanggan.

    • Yang marak terjadi: Perusahaan sering memaksa Digital Marketer menghasilkan konversi tanpa mendukung dengan tim sales yang solid.

Kenapa Perusahaan Melakukan Ini?

 

Alasannya klise: hemat biaya. Perusahaan kecil dan menengah sering berdalih tidak punya budget untuk mempekerjakan banyak orang. Mereka lebih memilih satu Digital Marketer untuk “merangkap semua pekerjaan”. Ironisnya, meski Digital Marketer ini kelebihan beban, gajinya tetap kecil.

Ini adalah masalah serius yang harus kamu pahami:

  1. Tidak Etis: Melimpahkan semua tanggung jawab ke satu orang tanpa dukungan yang cukup adalah eksploitasi. Digital Marketer bukan manusia super.
  2. Merusak Jalur Karir: Praktik ini membuat pekerja Digital Marketing di Indonesia tidak memiliki jalur pengembangan skill yang jelas. Fokus mereka terbagi-bagi, sehingga menjadi ahli dalam satu bidang hampir mustahil.
  3. Mentalitas Pelit: Jika sebuah perusahaan tidak berani mengalokasikan dana untuk membangun tim, seharusnya mereka tidak membuka perusahaan. Efisiensi bukan berarti memeras satu orang hingga titik maksimal.

Dampak Buruk pada Pasar Tenaga Kerja

 

Perusahaan kecil dan menengah mendominasi lanskap bisnis di Indonesia, tetapi justru mereka yang merusak pasar tenaga kerja. Dengan alasan efisiensi, mereka menciptakan ekspektasi tidak realistis untuk satu peran, memengaruhi cara perusahaan lain memandang Digital Marketing. Akibatnya:

  • Banyak lowongan kerja untuk Digital Marketer yang tidak sesuai deskripsi asli pekerjaannya.
  • Pekerja Digital Marketing cenderung “stuck” karena tidak ada ruang untuk belajar atau berkembang.
  • Pasar kerja menjadi kompetitif, tapi dalam arti yang tidak sehat.

Nama Pekerjaan dan Tanggung Jawab yang Seharusnya

 

Agar lebih jelas, berikut daftar nama pekerjaan dan tanggung jawab spesifik yang sering dicampur menjadi satu:

Nama Pekerjaan Tanggung Jawab Utama
Digital Marketer Strategi pemasaran digital, analitik, dan pengelolaan kampanye.
Content Creator Membuat konten kreatif untuk media sosial, blog, atau video.
Copywriter Menulis teks persuasif untuk iklan, email, dan situs web.
Photographer Mengambil dan mengedit foto profesional.
Videographer Merekam, mengedit, dan menghasilkan video sesuai kebutuhan.
Animator Membuat animasi untuk branding atau iklan.
Social Media Manager Strategi dan manajemen akun media sosial, serta membangun komunitas.
Sales Team Melakukan closing dan berinteraksi langsung dengan pelanggan untuk penjualan.

Memahami perbedaan ini penting agar perusahaan tahu bagaimana membagi tanggung jawab dan membangun tim yang solid.


Kritik untuk Perusahaan yang Eksploitasi Pekerja

 

Kamu perlu tahu, tindakan ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga kontraproduktif untuk perusahaan. Jika kamu pelit dan hanya mempekerjakan satu orang untuk melakukan segalanya:

  • Kinerja Buruk: Tidak ada manusia yang bisa mengerjakan semua hal dengan sempurna.
  • Turnover Tinggi: Pekerja yang kelelahan akan cepat resign, sehingga perusahaan kehilangan tenaga kerja berbakat.
  • Stagnasi Bisnis: Perusahaan tidak akan berkembang karena tim yang minim berarti ide dan eksekusi terbatas.

Pesan kerasnya: jika kamu tidak berani investasi pada tim, ada baiknya kamu saja yang mengerjakannya sendiri.


Kesimpulan

Jadi, tugas utama Digital Marketing sebenarnya adalah mengelola strategi pemasaran digital dan bukan membuat konten atau melakukan penjualan. Jika kamu perusahaan, bangunlah tim yang sesuai dengan peran masing-masing, jangan pelit! Bagi pekerja Digital Marketing, carilah perusahaan yang menghargai skill dan pengalamanmu, bukan hanya memanfaatkanmu sebagai “pekerja serabutan.”

Kamu bisa membaca lebih banyak tentang dunia pekerjaan di URUS, platform yang membahas tips karir dan bisnis di Indonesia. Jangan lupa, skill-mu layak dihargai dengan adil!